Kamis, 02 Februari 2012

Pramoedya Ananta Toer, dan Kontroversi Tentangnya

Masa muda Pramoedya
Pramoedya Ananta Toer, seperti halnya seniman Indonesia pada era 1960-an, hidup miskin, pas-pasan, namun memiliki karya yang membanggakan. jarang pada kala itu muncul seniman dengan karya yang ecek-ecek. banyak diantara mereka memiliki reputasi bagus di dunia sastra, melegenda, dan Pramoedya adalah salah satunya.


Sayang namanya kurang berkibar, tidak seperti Chairil Anwar, Taufik Ismail ataupun Rendra. Kenapa?
Karena beliau dulu pada jamannya dianggap "kiri". Seniman untuk Lekra. Dan seberapa bagusnya karya yang beliau hasilkan, pemerintah dan seniman paska PKI tidak pernah mengapresiasinya.


Pramoedya lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925. Sebagai rakyat jelata, dari orang tua yang hidup pas-pasan. berhasil susah payah lulus dari Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya dengan jerih payahnya sendiri. Sempat juga beliau menjadi anggota militer paska kemerdekaan Indonesia. Ia banyak menulis di sela masa tugas dan masa ia dipenjara Belanda di Jakarta. Pram juga pernah mendapat kesempatan menjadi
wakil pertukaran budaya ke Belanda. Dan program itulah yang mengubah gaya kepenulisannya setelah kembali ke Indonesia. 

Ya, saat pulang Pramoedya ikut organisasi Lekra, salah satu organisasi sayap kiri di Indonesia. Banyak karyanya yang menyebabkan friksi pada pemerintahan rezim Soekarno. Namun tulisannya secara sastra bertambah matang. Dan Pramoedya tumbuh menjadi penulis dengan gaya bahasa yang lugas dan jujur, serta tajam dalam menyiratkan makna konotatif di tulisannya. 

Pernah beliau mendapatkan anugrah sastra Ramon Magsaysay Award, 1995, dan 26 tokoh sastra lantas mengajukan protes keras ke yayasan pemberi hadiah. Mereka menganggap tidak pantas seorang "kiri" mendapat anugerah sastra. Mereka mengancam akan mengembalikan award yang pernah mereka terima, bila Pramoedya juga tetap mendapat anugerah yang sama.

dan semenjak Orde Baru berkuasa, Pramoedya tidak pernah mendapat kebebasan menyuarakan suaranya sendiri, dan telah beberapa kali dirinya diserang dan dikeroyok secara terbuka di koran.
Terlepas dari hubungannya dengan Lekra, Pram adalah seniman yang lengkap, dia penulis dan seorang sejarawan yang handal. Novelnya bukan novel ecek-ecek. Karyanya pasti berdasar apa yang beliau lihat dengan matanya, yang beliau rasakan dengan hatinya, dan itu smeua jujur. Terlepas dari apa yang orang lain tangkap. 

Buktinya, berbagai penghargaan beliau dapatkan justru setelah ia berusia senja. Saat karya-karyanya secara luas bisa dinikmati lagi, tidak terkekang oleh kekuasaan. Beliau mungkin pernah salah dengan menginjakkan satu kakinya ke Lekra, yang sebagai pembelanya ia sebutkan "saya tidak pernah masuk ideologi manapun, saya hanya membela keadilan". 

Bagaimanapun, Pramoedya adalah salah satu legenda dunia sastra di negara kita. sosok yang fenomenal, sosok yang sebagian orang membenci, tapi sebagian lain mengagumi. Mari lupakan masa lalu, dan baca karya-karyanya. Tak pelak, Andrea Hirata, Raditya Dika, atau Stephanie Meyter sekalipun akan menjadi sangat kecil. Dia adalah J.K. Rowling pada masanya, seorang Ernst Hemmingway Indonesia.

Daftar penghargaan Pramoedya Ananta Toer :
  •  Nominasi Hadiah NOBEL Sastra
  • Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988
  • Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989
  • Wertheim Award, "for his meritorious services to the struggle for emancipation of Indonesian people", dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995
  • Ramon Magsaysay Award, "for Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognation of his illuminating with briliant stories the historical awakening, and modern experience of Indonesian people", dari Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995
  • UNESCO Madanjeet Singh Prize, "in recognition of his outstanding contribution to the promotion of tolerance and non-violence" dari UNESCO, Perancis, 1996
  • Doctor of Humane Letters, "in recognition of his remarkable imagination and distinguished literary contributions, his example to all who oppose tyranny, and his highly principled struggle for intellectual freedom" dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999
  • Chancellor's distinguished Honor Award, "for his outstanding literary archievements and for his contributions to ethnic tolerance and global understanding", dari Universitas California, Berkeley, AS, 1999
  • Chevalier de l'Ordre des Arts et des Letters, dari Le Ministre de la Culture et de la Communication Republique, Paris, Perancis, 1999
  • New York Foundation for the Arts Award, New York, AS, 2000
  • Fukuoka Cultural Grand Prize (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang, 2000
  • The Norwegian Authors Union, 2004
  • Centenario Pablo Neruda, Chili, 2004


1 komentar: